Gladys dan Glenn sudah menikah selama 60 tahun. "20 tahun pertama sangat kacau," kata Glenn. "Tetapi 40 tahun terakhir - saya tidak ingin menukarnya dengan apapun juga!"
Pasangan ini saling membantu dalam membangun sebuah pernikahan yang sehat. Saat ini mereka berdua bahkan menyediakan waktunya dua jam setiap hari Sabtu malam untuk membagikan pengalamannya pada pasangan-pasangan muda. Inilah beberapa hal yang dibagikannya:
Apa yang membuat pernikahan bahagia selama bertahun-tahun? Bagaimana pasangan bisa bertahan melalui saat-saat sulit dan menjaga supaya cinta mereka tetap hidup? Mari lihat resep yang dimilikinya.
Gunakan "lem super" yang benar. Pasangan yang berbahagia memiliki komitmen yang kuat kepada Tuhan. Jika cinta Anda berdua sangat lemah, maka ada satu faktor yang paling menentukan, ‘kasih yang dalam kepada Tuhan dan hasrat untuk melayani Dia.' Hal ini akan menentukan hubungan Anda berdua, karena hubungan Anda dengan Tuhan akan terefleksi dalam hubungan Anda berdua.
Jadilah seorang teman, dan juga seorang kekasih. Bagi seorang wanita, "cinta dan perhatian" berada pada urutan pertama dalam keinginan mereka ketika menjalani sebuah pernikahan. Namun bagi para pria "pertemanan" ada di peringkat teratas dibawah seks tentunya. Mengerjakan sesuatu bersama seperti, membaca bersama, mengemudi dan hanya ditemani dengan berdiam diri, berbagi lelucon, atau berolahraga bersama, menjadi sesuatu yang vital bagi sebuah pernikahan yang langgeng. Kuncinya adalah, pasangan yang bahagia bermain bersama, menikmati waktu-waktu kebersamaan dan tertawa bersama.
Beri waktu untuk saling berbagi. Pasangan bahagia memiliki waktu dan mengusahakan untuk saling menyelami satu sama lain. Berbagilah kebahagiaan, kesuksesan, rasa sakit, mimpi, dan ketakutan tanpa sebuah penolakan. Tetapi untuk membangun sebuah komunikasi yang efektif seperti ini, masing-masing pribadi harus saling mengerti dan juga menerima perbedaan satu sama lain.
Tidak mencari kemenangan. Salah satu pergumulan bagi sebuah pernikahan adalah bagaimana bereaksi terhadap suatu kemarahan, konflik, dan rasa frustrasi. Jika salah seorang pasangan berusaha untuk ‘menang' ketika konflik terjadi, maka akan selalu ada salah satu pihak yang kalah. Pasangan yang bahagia tidak mencari siapa yang menang, mereka berusaha mencari solusi permasalahan sehingga menghasilkan jalan keluar yang kedua-duanya mengalami kemenangan. Mereka berdua cukup dewasa sehingga bisa membedakan apa yang perlu diperjuangkan dan mana yang tidak.
Mereka setia pada pasangannya. Berdasarkan survey dari Dr. Catherine Johnson, penulis Lucky in Love, pasangan yang menjalani pernikahan adalah seperti berikut,"Bagi mere, setia kepada pasangan bukanlah yang membuat pernikahan mereka bahagia. Hal tersebut adalah faktor utama yang memungkinkan adanya sebuah pernikahan."
Memberi ruang untuk berubah. Pasangan yang berbahagia menyadari hal ini, "perubahan adalah nama dari permainan yang mereka jalani." Hal ini tertulis dalam Amsal 27:17, "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.." Dua orang yang hidup bersama dan saling bersentuhan akan menghasilan bunga api, panas dan juga akan saling membentuk. Namun perubahan itu baik, karena akan membawa keduanya semakin sama dengan rupa Kristus.
Pastikan api cinta terus menyala. Milikilah waktu-waktu romantis berdua. Seks adalah bagian dari romantisme, didalamnya juga ada saling menyentuh, berpegangan tangan, saling memandang, tersenyum satu sama lain, dan juga tertawa bersama.
Bertindak sebagai satu tubuh. Sebagai pasangan Anda harus menyadari bahwa pernikahan adalah kerja tim, Anda berdua tidak sedang berkompetisi satu sama lain. Jangan membuat kehidupan yang lain, hal ini tertuju pada kata "uang kita" dan "rencana kita." Semua itu mengacu pada apa yang tertulis dalam 1 Petrus 3:8, "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati."
Dari hal ini, Anda bisa mengukur apakah pernikahan Anda bahagia atau tidak. Namun bagaimanapun keadaan pernikahan Anda saat ini, kerjakanlah sesuatu untuk membuatnya lebih baik. Mulailah dengan langkah pertama, bawalah pernikahan Anda pada Tuhan.
Sumber : Crosswalk/VM